KAREBA, TANA TORAJA –Jurnalis PEDOMANMEDIA TANA TORAJA, Andarias Padaunan menerima ancaman pembunuhan lewat medis sosial Facebook, Rabu (29/1/2025). Ancaman pembunuhan ini diduga terkait berita soal jaringan judi sabung ayam di Tana Toraja yang melibatkan oknum aparat.
Ancaman dilontarkan oleh akun atas nama Sri Sertian Nurhalifa. Dalam unggahannya, Sri Sertian menyertakan potongan berita PEDOMANMEDIA edisi 28 Januari 2025 berjudul ‘Aktivis Desak Polda Sulsel Usut Oknum di Polres Tator Bekingi Judi Sabung Ayam’.
Ia juga menyertakan foto jurnalis PEDOMANMEDIA, Andarias Padaunan. Pada unggahan itu ia menulis kalimat bernada ancaman.
“Bunuh saja orang ini dia bikin kegaduhan di Toraja seandainya saya ada di Toraja ini sudah tewas ko camma’ gmana ini ponkannya Bupati Tana Toraja mencoreng nama baik Bupati blom pelantikan udh ada kegaduhan,” tulisnya.
Pada unggahan berikutnya ia juga menulis ancaman senada. Kali ini ia mengaku membuka sayembara untuk siapa saja yang menemukan Andarias akan ia berikan hadiah Rp10 miliar.
“Sebaiknya angkat kaki ko keluar dari Toraja Sulawesi Selatan jadi ko sayembara sekarang ca’ di cari siapa pun yg temukan kamu di brikan Hadia 10M kalau ada yg temukan kamu berkeliaran di Toraja hati2 saja,” tulisnya.
Ancaman ini diduga adalah buntut dari berita soal jaringan judi sabung ayam di Tator. Dalam berita PEDOMANMEDIA edisi 28 Januari 2025, mengangkat statemen koalisi aktivis yang mendorong Polda Sulawesi Selatan mengusut jaringan penyelenggara judi sabung ayam di Kecamatan Sangalla Utara, Tana Toraja. Jaringan ini diduga ikut melibatkan oknum polisi sebagai beking.
“Ini memang sudah seperti sindikat. Jadi mereka bekerja terstruktur. Ada penyelenggara, ada bandar, ada wasit. Bahkan juga ada polisi yang terlibat sebagai beking,” terang aktivis Toraja, Semuel Tumanan, Selasa (28/01/2025).
Menurut Semuel, jaringan penyelenggara judi sabung ayam di Sangalla Utara sangat terorganisir. Mereka sulit diberangus karena diduga memiliki akses di kepolisian.
“Perputaran uangnya besar. Mereka bisa mengendalikan oknum-oknum polisi untuk membeking. Coba lihat saja, mereka menggelar aktivitas judi sabung ayam di tempat terbuka. Bahkan sampai menutup jalan di Sangalla Utara. Tapi polisi diam saja,” ketus Semuel.
Semuel mengatakan, Polres Tator tidak bisa banyak diharapkan. Selama bertahun-tahun mereka melakukan pembiaran terhadap judi sabung ayam di berbagai tempat di Tator.
“Masyarakat nda percaya lagi sama Polres Tator,” ucapnya.
Semuel juga yakin Polres Tator tahu siapa penyelenggara judi sabung ayam di Sangalla Utara. Bahkan mereka tahu siapa bandarnya. Dan siapa yang mengendalikannya.
“Tetapi kan terbukti polisi diam saja. Masyarakat sudah teriak-teriak karena resah. Tapi polisi tidak bertindak apa-apa,” tandas Semuel.
Karenanya, Semuel meminta Polda Sulsel turun tangan. Ia mendesak Polda mengusut oknum polisi yang terlibat sebagai beking.
“Termasuk itu penyelenggaranya. Tangkap semua itu. Itu kan juga ada bandarnya. Polres Tator tahu identitas si bandar itu. Gampang kalau mau ditangkap,” paparnya.
Senada Semuel, aktivis Makassar Muhammad Ansar menyesalkan tidak adanya tindakan represif Polres Tator dalam memberantas judi sabung ayam. Ia sepakat, ada indikasi keterlibatan aparat sebagai beking.
“Jadi memang seharusnya Propam Polda Sulsel turun tangan. Kalau perlu Kapolres Tator juga harus diperiksa. Karena itu kan tanggung jawab dia,” ujar Ansar.
Menurut Ansar, patut dipertanyakan komitmen Kapolres Tator dalam pemberantasan judi sabung ayam.
“Menurut saya ini memang tanda tanya. Sekarang kan Polri sedang gencar memberangus judi. Tapi di Tator orang masih bebas menggelar judi sabung ayam. Artinya kan instruksi Kapolri ini tidak mendapat atensi di Polres Tator,” imbuh Ansar.