KAREBA, TANA TORAJA — Duka mendalam dirasakan oleh Ratnawati (38), seorang ibu satu anak yang tinggal di Dusun Tatoak, Kelurahan Mamasa, Kecamatan Mamasa, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat. Hingga kini, ia dan anaknya belum memperoleh akses listrik serta bantuan sosial yang menjadi hak dasar masyarakat.
Kondisi tersebut menarik perhatian publik dan memunculkan desakan dari berbagai pihak agar pemerintah daerah segera bertindak secara cepat dan nyata.
Salah satu warga menyampaikan bahwa Ratnawati telah hidup tanpa aliran listrik selama lebih dari satu tahun. Dengan pekerjaan serabutan, ia juga tidak pernah menerima bantuan sosial seperti Program Keluarga Harapan (PKH). Padahal, wilayah tempat tinggalnya tergolong sebagai daerah tertinggal yang membutuhkan perhatian khusus dari pemerintah.
Situasi ini pertama kali disoroti oleh Novantrin Qarles Bantuto melalui unggahannya di media sosial Facebook, yang disertai dokumentasi suasana malam hari di rumah Ratnawati. Berdasarkan keterangan Novantrin kepada tim redaksi, Ratnawati dan anaknya menempati rumah hasil swadaya mahasiswa STT Mamasa dan bantuan para pendeta yang peduli.
“Di malam hari, mereka terkadang menggunakan api unggun untuk penerangan. Namun, sering kali mereka terpaksa hidup dalam kegelapan total,” ujar Novantrin.
Kondisi ini memunculkan kritik terhadap kinerja pemerintah daerah, khususnya kepada Bupati Mamasa yang baru menjabat. Masyarakat berharap beliau turun langsung ke lapangan untuk melihat secara nyata kondisi yang dialami warganya.
“Ini bukan hanya soal fasilitas, tetapi menyangkut kemanusiaan. Warga Mamasa berhak atas kebutuhan dasar seperti listrik dan bantuan sosial,” tegas Novantrin.
Keluhan warga terkait hal ini telah disampaikan berulang kali, namun hingga saat ini belum ada langkah konkret dari pihak berwenang. Masyarakat berharap pemerintah daerah segera memberikan perhatian dan mengambil tindakan nyata untuk mewujudkan pemerataan pembangunan di seluruh wilayah Kabupaten Mamasa. (Niel)
